26/11/12
Sore tadi,
Pulang ta’lim sekitar jam 3, saya membeli voucher di
sebuah counter menuju arah pulang. Saya dengan yakin menuliskan angka satu
persatu ke sebuah daftar isi, tanpa melihat kecocokan angka tersebut dan tanpa
mengingat-ingatnya dengan benar. Tidak lama kemudian saya beranjak dari tempat
tersebut ke tempat yang lainnya untuk melakukan transaksi yang berbeda. Di perjalanan pulang, saya menunggu bunyi
ponsel saya, tapi tak kunjung juga sampai di kosan. Aku fikir mungkin lagi
gangguan, sebentar lagi juga datang.
Jarum jam terus berputar dan menunjukan angka 5. Aku memutuskan untuk ke counter dimana saya
melakukan transaksi.
Di perjalanan saya mencari angka-angka tersebut di ponsel
saya, tapi tidak cocok. Saya berusaha lagi dengan mencari menggunakan identitas,
ternyata identitasnya cocok, tapi alamat yang dimaksudnya yang tidak cocok. Perasaan,
saya pernah menyimpan angka-angka tersebut dalam ponsel saya, tapi ko kenapa jadi
tidak ada ya??? (kebingungan)
“Pak, tadi saya melakukan transaksi, tapi ko sampai sekarang
saya belum menerimanya ?”
Dengan muka berseri dan ramah, “Angkanya yang mana ?”
Saya menunjukan angka-angka yang sudah saya goreskan 2
jam yang lalu.
“ Sebentar saya cek dulu”. Pak counter terlihat sibuk dengan menekan-nekan tombol ponselnya .
“Disini laporannya sudah berhasil”.
“Ya, tapi ko belum masuk pak?” dengan nada rendah dan
kebingungan.
“Angkanya benar yang ini?”
“Iya, benar” sedikit ragu-ragu, apakah angkanya memang
itu atau ada yang keliru.
Lanjutku, “Bapak, coba misscal saja nomernya?” bukan
bermakud menyuruh. hehee
“Iya”. Lanjutnya, “ Neng tidak aktif, coba ini denger”.
Saya coba cek ponsel saya, barangkali saya lupa
menyetting panggilan.
“Yang dipakai nomer yang ini neng?”
“Iya nomer yang itu, coba bapak sms ke nomernya, terkirim
apa ngga”.
Beberapa menit kemudian...
“Pesannya sudah terkirim, tapi belum masuk pesannya neng”
Berfikir sejenak... tadi sebelum saya beranjak kesini,
teman ada yang sms dan ga ada masalah.
“Ya sudah pak, kalau begitu tidak apa-apa”.
“Ya, saya juga jadi penasaran ini, sebentar saya coba
dulu”. Terlihat sedang mencoba membantu dengan satu solusi ke solusi yang
lainnya.
Dan waktu juga terus beranjak.
“Ya sudah pak, tidak apa-apa”. Dalam hati sudah
kurelakan, semoga bisa bermanfaat bagi yang memperolehnya.
Saya masih penasaran kenapa sampai tidak bisa transaksi. Nanti
masa saya harus ganti “sim” lagi. Kan sudah berkali-kali ganti. Apa gara-gara “sim
1” saya yah? Kemaren kan saya pakai “sim” itu, terus bisa saja “sim 2” nya jadi
error. Tapi ga tau juga sih.
Sebenarnya, benar gak sih angka yang aku gores. Ntar deh
saya tanya ke teman saya yang ada dikosan.
Sibuk, yah itulah pemandangan yang aku lihat ketika
melihat teman saya... sehingga mengundurkan rencana saya.
Berusaha menenangkan dan melupakannya (duduk sebentar)
Buku kecil, alma’tsurat namanya, terlihat diatas meja. Aku
ingat, bahwa sore ini aku belum membacanya. Ku ambil, ku buka lembarannya dan
kubaca rangkaian kalimatnya yang begitu indah (ayat).
Tidak begitu lama, sampai juga pada ayat kursi. Belum selesai
membacanya, tiba-tiba difikiran terlintas angka 8 0 (delapan kosong). Iya, aku
mulai ingat angka itu, aku tajamkan lagi ingatan tentang angka itu. Apakah itu
kode orang tuaku? Aku mulai ingat satu
angka lagi.
8 0 5 , delapan kosong lima. Aku pernah tau angka itu. Tapi
bukankah itu kode orang tuaku. Tapi perasaan bukan. Perasaan bercampur baur
antara iya dan tidak.
Ha? Apakah 8 2 8 itu sebenarnya 8 0 5? Aku terkaget dan
hmm gubrak. Iya itu benar, yang asli itu 8 0 5. Aku coba cek di ponselku dengan
memasukan angka-angka tersebut (8 0 5)
Layar ponsel menunjukan sebuah identitas yang sebelumnya
aku pernah ngecek, tapi salah alamatnya.
Yah identitas itu muncul, dan aku bertanya-tanya? Ko yang muncul ini?
Ingatanku kembali lagi. Aku sadar bahwa aku menyimpan 2
alamat dalam 1 identitas. Dan alamat
yang aku maksud, berada pada posisi setelah alamat yang pertama, sehingga tidak
terlihat angka-angkanya, yang terlihat hanya alamat yang pertama.
Waah, berarti kesalahan ada pada saya. Goresan angkanya yang salah...sambil tersenyum
JJJ hehee
Sejenak merenungi...
Saya diingatkan ketika saya membaca alma’tsurat (tepat
dibagian ayat kursi). Apakah ini suatu kebetulan? Saya rasa tidak, sebelumnya saya
coba mengingatnya tapi tak kunjung datang ingatannya. Ini merupakan suatu petunjuk
buat saya, sehingga memberikan pencerahan buat saya mengenai hal yang sudah membuat
otak saya bertanya-tanya, dan pelajaran juga agar senantiasa mengingatNya
diwaktu pagi dan sore untuk mohonkan maghfiroh dariNya (Langkah taqorrob juga). Mungkin
tidak hanya diwaktu itu, setiap hembusan nafas yang katanya kira-kira 20 kali
semenit dan 23 000 kali dalam sehari.
Salam ukhuwah,
(Sebagian cerita kecil dari hidup seorang sahabat yang
merindukan pertemuan denganNya J)